Menjawab Eksistensi Wisata Agraris Menuju Halal Tourism di Indonesia

Perkembangan wisata halal di Indonesia terus meningkat bahkan menyentuh sektor lain seperti sektor pertanian yang terwujud melalui wisata agraria. Wisata agraria merupakan wisata yang dikembangkan dengan menggabungkan antara sektor pertanian dan pariwisata demi mencapai keuntungan atau nilai lebih dari kedua sektor. Hal ini dilakukan karena sektor pertanian dinilai kurang memberikan kontribusi terhadap pendapatan nasional Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada periode 2003-2013 kontribusi sektor pertanian pada Produk Domestik Bruto Indonesia menurun dari 15,19 persen menjadi 14,43 persen. Dengan adanya relasi antara sektor pariwisata dan pertanian maka diharapkan kontribusi kedua sektor ini dapat meningkat terhadap pendapatan nasional Indonesia.

Selain menaikkan pendapatan nasional wisata agraria diharapkan mampu mengatasi pengangguran, kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Wisata agraria di prediksikan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dan pariwisata yang masing-masing hanya berkisar 34,6 persen dan 8,9 persen dari jumlah tenaga kerja yang ada tahun 2016.

Ketua badan pusat statistik nasional Suryamin menyatakan bahwa banyak dari pelaku sektor pertanian yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah mengingat impor produk pertanian dari tahun ke tahun semakin meningkat. Di tahun 2003-2013 misalnya impor produk pertanian indonesia meningkat dari 3,34 miliar dolar AS menjadi 14,90 miliar dolar AS.

Dalam Workshop Sinergi dan Sinkronisasi Program SKDP dengan kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Sanur, Bali. kepala dinas pariwisata provinsi Bali, Ida Bagus kade subhiksu yang mengajak seluruh elemen masyrakat untuk bersama membangun wisata agraria di Bali. Elemen masyarakat tersebut diantaranya perangkat desa, pemuka agama, kepala adat dan para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM).

Ida juga menuturkan bahwa pemerintah bali telah mengucurkan dana sebesar Rp 80 juta sampai Rp 100 juta kepada 50 desa demi mengembangkan desa mereka sebagai desa agraria. Menurutnya dana tersebut dapat digunakan untuk membangun infrastruktur pariwisata misalnya perbaikan jalan, kebersihan, fasilitas tracking maupun sebagai modal usaha kerajinan. Namun di akhir kunjungannya ida juga menambahkan bahwa tahun ini provinsi bali mendapat kucuran dana Rp 5 miliar dari PNPM Mandiri Pedesaan. Dana tersebut masih kurang karena untuk pengembangan 164 desa yang diusulkan menjadi tujuan wisata, dibutuhklan minimal Rp 15 miliar. 

Karena itu diharapkan adanya perhatian lebih oleh pemerintah mengingat prospek wisata agraria sebagai destinasi wisata halal Indonesia masih cukup besar. Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan bersama dengan Kementrian Pertanian harus mampu bersinergi. Selain itu adanya dukungan dari para pelaku bisnis pariwisata bersama dengan berbagai elemen masyarakat sangat dibutuhkan. Tentunya melalui kerjasama dan sinergi antara masyarakat dan pemerintah bukan tidak mungkin indonesia dapat menjadi salah satu negara pariwisata agraria terbaik dunia.

Penulis:

Ali Wardani

Koordinator Departemen Kajian dan Riset FORKEIS per. 2016-2017