Ancaman Teror Pengguna Jasa Layanan Financial Technology. Kok Bisa ?

“Hutang anda telah jatuh tempo selama 14 hari, apabila tidak segera melunasi maka tagihan hutang akan dikirim ke alamat anda, tetangga bahkan kerabat anda.”

Melalui teknologi digital atau yang biasa disebut sebagai Financial Technology merupakan inovasi baru bagi pemberian pinjaman dana dari pihak pemberi pinjaman kepada pihak penerima pinjaman yang sumber dananya berasal dari pihak pemberi pinjaman. Berfungsi mengumpulkan, mengolah dan mendistribusikan baik informasi dan pembiayaan kepada sektor UMKM yang merupakan pengusaha pemula dan pengusaha yang telah lama berkecimpung dalam dunia bisnis UMKM. Ini dikarenakan tidak optimalnya kebutuhan pengelola pemilik usaha dari segi pembiayaan modal dan dana pemasaran usaha.

Namun, apa jadinya bila sebuah teknologi digital membawa anacaman bagi pengguna jasa layanan tersebut. Dilansir dari koran Tribun News edisi Rabu, 1 Agustus 2018 18:40 WIB bahwa dalam satu aplikasi, Tangbull misalnya, setelah menginstal, terdapat sembilan ketentuan. Salah satunya, penyelenggara dengan persetujuan pengguna (peminjam), untuk mengakses, memperoleh, menyimpan, mengelola dan atau menggunakan data pribadi. Setelah ketentuan itu disetujui, ‎peminjam tinggal mengikuti intruksi peminjaman dana.

Dana yang disediakan dari banyaknya aplikasi fintech, mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 20 juta lebih. Salah satu peminjam, Elis Widaningsih (40) warga Kabupaten Bandung menjelaskan, setiap peminjam setelah menginstal aplikasi, wajib mengizinkan aplikasi itu untuk mengakses data kontak, SMS, galeri, perangkat ponsel hingga pengelolaan telpon. Dalam proses peminjaman dibutuhkan data diri seperti KTP dan foto beserta video peminjam dana saat memegang data diri serta berhak untuk dihubungi oleh pemberi dana.

Pada proses pencairan dana tersebut tidak memerlukan waktu lama, karena setelah adanya kesepakatan antara si peminjam dan pemberi dana maka akan ada bukti hasil transaksi. Namun apabila terjadi penunggakan pembayaran maka denda per hari mencapai 0,7 persen hingga 25 persen dari total tunggakan.

Rina salah satu dari banyak korban pengguna saja pinjaman online merasa mendapatkan ancaman dari jasa pinjaman online tersebut, pasalnya semua kontak telpon di ponselnya yang menggunakan aplikasi Whats App, dikumpulkan dalam satu grup Whats app oleh si pemberi pinjaman. ‎Di grup itu, si pemberi pinjaman menagih utang Rina. Selain itu adanya kalimat teror dari pemberi dana yaitu “Hutang anda telah jatuh tempo selama 14 hari, apabila tidak segera melunasi maka tagihan hutang akan dikirim ke alamat anda, tetangga bahkan kerabat anda”. Inilah yang membuat pengguna jasa layanan tersebut merasa tidak nyaman dengan perlakuan dari si pemberi dana.

Dibutuhkan analisis yang tepat dalam pemilihan saja pinjaman online melalui sistem Financial Technology. Dikutip dari situs resmi OJK (Otoritas Jasa Keuangan), saat ini perusahaan fintech yang tercatat resmi di Fintech mencapai 51 perusahaan fintech. OJK sendiri dalam siaran persenya pada 27 Juli menyebut ada 227 entitas yang melakukan usaha peer to peer lending tidak terdaftar atau tidak memiliki izin usaha dalam penawaran produk fintech peer to peer lending sehingga berpotensi merugikan masyarakat.

            Adapun prinsip-prinsip dalam memilih jasa Fintech tersebut antara lain fokus pada pemberian informasi untuk investasi pengusaha yang beretika dan tidak melanggar syariat serta mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan. Memberilakan layanan crowdfunding platform berdasarkan prinsip bagi hasil yang saling menguntungkan bagi pemberi dan penerima pinjaman, turut serta dalam pemberdayaan masayarakat, dan yang terpenting adalah perusahaan penyedia jasa tersebut resmi telah memiliki izin usaha agar tidak merugikan masyarakat.

Penulis :

Maghfira

( Departemen Media dan Jurnalistik FORKEIS)