KURSI RODA KEHIDUPAN

"Kursi Roda Kehidupan" 

Kicauan burung terdengar di halaman rumah Atharazka saat matahari telah menampakkan sinarnya.

“Maahh… Athar pergi kuliah dulu yah…” teriakan suara Athar yang tergesa-gesa sambil memakai sepatu kanannya.

“Athar... ambil bekal mu dulu naak…” teriak ibu Athar dari dapur.

“Athar makan di kampus aja mah, Athar udah telat ini…” teriak Athar sambil membunyikan motornya.

“Tok tok tok...” suara ketokan pintu dari seorang anak kecil terdengar beberapa saat setelah Athar meninggalkan rumah.

“Buuk sumbangannya buk… saya belum makan dari kemarin” suara seorang anak sambil menyodorkan kedua tangannya. Ketika Ibu athar membukakan pintu. Dengan sigap ibu Athar mengambil bekal yang ditinggal anaknya tadi.

……

Suara knalpot racing milik Athar terdengar memasuki gerbang kampus dan membuat mahasiswa yang sedang berjalan di sekitaran kampus merasa risih. “Athar!” belum sempat Athar memasuki fakultasnya, tiba tiba terdengar suara yang sedang memanggilnya dari arah timur, dengan cepat Athar berhenti dan mencari sumber suara. Seketika datang seorang pria menghampiri Athar yang sedang menunggu di pinggir jalan.

“Athar, utang lo yang kemarin belum di bayar kan?” ucap Rey yang menagih hutang kepada Athar, Athar terdiam kebingungan dan mengerutkan keningnya.

“Minggu lalu kan kita taruhan PSM vs PERSIJA dan gua menang bro, sesuai kesepakatan kalau yang kalah bakal bayarin makan di kantin selama 3 hari” ucap Rey sambil menggoyangkan alisnya naik turun, yang membuat Athar teringat akan perjanjiannya.

“Oohh utang yang itu, sorry-sorry gua lupa, nanti jam 10.30 kita makan di Cafetaria aja, soalnya gua mau masuk kelas dulu” jawab Athar dengan terburu buru.

 “Okedeeh, gua tunggu lo di kantin, awas lo kabur !!!” ucap Rey dengan penuh peringatan.

…..

“Kamu kenapa telat lagi Athar! Kamu tahu kan kalo hari ini ada ujian, kamu sudah telat sejam dan waktu ibu di kelas ini hanya tersisa satu jam lagi!” Ucapan ibu Sri dengan penuh amarah.

“Maaf bu’ saya telat soalnya tadi saya abis anterin adik saya ke sekolah dulu, terus jalanannya juga macet banget bu” jawab Athar yang berusaha mencari alasan.

“Yaudah lah kamu saya kasih kesempatan ikut ujian tapi dengan syarat kamu hanya mengerjakan soal dalam waktu satu jam” ucap ibu Sri.

 “Siap bu…’ makasih” ucap athar sambil menggangukkan kepalanya.

Setelah mengerjakan ujian, Athar bergegas melangkahkan kaki nya ke anak tangga dari lantai tiga menuju ke lantai satu, derttt… dertt…, Athar merasakan getaran dalam sakunnya.

“Astaga gua lupa ternyata gua ada janji sama Rey” ucap Athar dalam hati sambil melihat notifikasi pesan dari Rey yang menbuatnya bergegas ke cafetaria. Sesampainya di kantin, Athar dan Rey bertemu di meja makan sambil menceritakan club sepakbola favorit mereka.

Sepulang dari kampus, Athar melihat kondisi rumahnya yang sudah terkunci, Athar pun mengeluarkan kunci cadangan yang ia simpan dalam tasnya.

 “MAAH…MAMAH” panggil Athar dengan nada yang tinggi sambil mencari ibu nya di disetiap sudut rumah, namun nihil Athar tak kunjung menemukan ibunya, ia pun segera mengeluarkan handphone dan menghubungi ibunya.

 “Mamah lagi dimana? kenapa gak ada dirumah?”  sambar Athar Ketika ibuya menjawab panggilan.

“Mamah kenapa gak ngabarin dulu sih sebelum pulang kampung” jawab tegas Athar karena pernyataan ibunya yang mengatakan bahwa ibunya sudah di perjalanan untuk pulang kampung tanpa memberitahunya.

 “Mamah tadi buru buru nak, kamu jagain adek kamu baik baik ya nak, mungkin sekitar 3 atau 4 hari Ibu tinggal di kampung” jawab Ibu Athar.

 “Tapikan mamah belum ngasih duit untuk Athar sama Anjani, kami kan juga mau makan mah mau jajan” keluh Athar.

“Mamah tadi udah transfer ke rekening kamu nak, mamah kirim gak banyak soalnya mamah juga perlu biaya untuk pulang kampung” jawab ibu Athar.

 “Yaudah deh mah, Athar mau tidur dulu” ucap Athar kepada ibunya di telepon.

 “Solat dulu nak, udah masuk waktu solat duhur, ajakin adik kamu solat juga ya nak” ucap ibu Athar.

“Iya iya mamah” jawab Athar lalu mematikan teleponnya.

Selama seharian itu Athar hanya bermain game dari siang sampai malam hari, bahkan ia bermain game sampai jam 3 subuh kemudian tertidur. Kebiasaan itu selalu Athar lakukan semenjak ayahnya telah tiada 7 tahun lalu.

Silauan cahaya membangunkan Athar dari mimpinya. Alarm perutnya berbunyi menandakan bahwa ia sedang lapar. Suara televisi dengan ocehan kartun selalu menjadi santapan pagi yang selalu diputar oleh Adiknya. Kemudian ia berjalan menuju dapur untuk mencari harta karun sebagai pengganjal perutnya. Namun nihil, tidak ada satupun makanan yang bisa dimakan bahkan hanya sebutir beras saja yang tersisa. Uang untuk kebutuhan sehari-hari ia habiskan demi diamond game yang tak bisa mengganjal perutnya yang kelaparan. Ia merenung dan menyaksikan dari dalam jendela keluarga lain sedang menikmati weekend nya dengan penuh keceriaan. Sedangkan keluarga Athar? Ayah saja ia sudah tak punya, bahkan untuk makan ibunya harus bekerja keras di kebun. Dengan berbagai pikiran yang ada dikepalanya tiba-tiba ada seorang anak dengan baju compang camping mendatanginya.

“Sumbangannya kak, saya belum makan dari kemarin” Athar hanya terdiam, kemudian anak itu pun pergi. Lalu Athar berjalan menuju taman dan dengan tidak sengaja ia melihat seorang anak kecil yang sedang duduk sendirian di taman yang menggunakan pakaian dan gadget branded sehingga membuat Athar merasa bahwa dunia ini tidak adil. Athar duduk di kursi taman yang tidak jauh dari tempat anak yang tadi, lalu Athar melihat pakaian yang melekat pada dirinya yang sangat kusam dan bahkan ia sendiri pun tidak ingat kapan ia membeli baju tersebut karena sudah sangat lama.

“Mengapa aku jadi seperti ini, kesalahan apa yang telah kulakukan? ini sangatlah tidak adil, mereka diberikan kehidupan yang menyenangkan sedangkan aku hanyalah keburukan” tanya Athar dalam hati.

“Maaf yah nak, ibu sudah membuatmu menunggu lama, ayo naik” ucap seorang wanita yang menghampiri anak kecil sambil membawa kursi roda dan menuntun anak tersebut naik ke atas kursi roda. Athar hanya bisa terdiam menyaksikan apa yang terjadi dihadapannya.

“Nak, kita memang bukan orang yang berasal dari keluarga yang kaya, tetapi kamu harus tahu bahwa setiap orang itu memiliki kekurangan dan kelebihan, pahami kekurangan itu dan kembangkan kelebihanmu” itulah kalimat yang terbesit di pikiran Athar, kalimat yang selalu ibunya katakan padanya tapi tidak pernah ia hiraukan. Setelah melihat kejadian itu ia pulang ke rumah dan memeluk adiknya lalu menelpon ibunya yang sedang berada di kampung untuk meminta maaf atas sikap buruknya selama ini.

Posting Komentar

0 Komentar