Dilema Mahasiswa Tingkat Akhir: IPK Tinggi, Organisasi, atau Magang?

        

        Masa pengenalan lingkungan kampus terasa baru saja terjadi, dan sekarang kita sudah berada di tahun ke-3 atau ke-4 di dunia perkuliahan. Waktu seakan berlari begitu cepat, tidak memberikan waktu sedetik pun untuk bernafas dengan tenang. Belum lagi kehidupan di luar perkuliahan. Setiap orang memiliki prioritas yang berbeda. Ada yang sibuk dengan kegiatan organisasi, ada yang mencari pengalaman di dunia kerja dengan mengikuti magang, dan ada yang fokus dengan kuliahnya, meskipun ada juga yang kuliah dan masih bisa terus bersantai, menikmati kehidupan. Hal yang menjadi masalah adalah beberapa orang sering kali membandingkan dirinya dengan orang lain, entah dalam hal akademik ataupun hal lainnya. Padahal sejatinya, setiap orang berlari di track yang berbeda, track-nya masing-masing.

        Apapun yang menjadi pilihan kita, sudah menjadi keharusan untuk diselesaikan hingga tuntas. Ketika kita memulai sesuatu, artinya secara tidak langsung kita berkomitmen pada diri sendiri untuk menyelesaikannya. Sejak menginjakkan kaki pertama kali di lingkungan kampus, ada harapan besar yang diberikan orang tua kepada kita. Harapan yang entah dapat terwujud ataupun tidak. Meskipun setiap mahasiswa pasti berharap agar dapat menyelesaikan kuliahnya, tak sedikit pula yang berhenti di tengah jalan. Namun bukan berarti mereka gagal. Mereka hanya memilih jalan yang berbeda. Jalan yang mungkin menurut orang lain kurang tepat, tetapi sebenarnya merupakan jalan yang lebih menantang. Semua tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya.

    Mereka yang memilih untuk aktif berorganisasi tentunya menghabiskan lebih banyak waktu di lingkungan sosial. Bertemu dengan berbagai macam karakter, melakukan berbagai bentuk kegiatan, dan mempelajari banyak hal yang tidak ditemukan di dalam kelas. Mereka yang memilih untuk magang telah merasakan lebih awal dunia kerja yang sesungguhnya, merelakan waktu luangnya dengan bekerja sembari menimba ilmu. Sementara, mereka yang fokus dengan kuliahnya akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan belajar demi memperoleh nilai yang diharapkan. Namun, mereka yang tidak memiliki fokus di ketiga hal tersebut bukan berarti tidak memanfaatkan waktu dengan baik. Bisa saja mereka memilih jalan yang lain, seperti dengan meningkatkan skill di bidang tertentu, membangun sebuah bisnis, atau hal lainnya. Pada intinya, apapun jalan yang kita pilih, pasti ada hal baik yang akan menghampiri.

        Sebagai mahasiswa, memilih kegiatan di luar aktivitas akademik tentunya akan berdampak terhadap performa kita di kelas. Misalnya, sebagian besar dari mereka yang aktif di organisasi atau mengikuti program magang tentunya tidak dapat memaksimalkan tugas kuliahnya dan mungkin saja ada beberapa tugas yang tidak dapat dipenuhi. Belum lagi, tantangan untuk menyelesaikan tugas akhir atau skripsi rasanya datang begitu cepat. Tak terasa, teman-teman yang lain sudah ada yang seminar proposal. Bahkan beberapa bulan ke depan, ada yang sudah memakai toga. Sementara itu, mereka yang memiliki kegiatan lain di luar akademik masih sibuk mengatur waktu masing-masing, memilah apa-apa saja yang menjadi prioritas, berusaha menyelesaikan segala hal. Terkadang, itu menjadi alasan mengapa seorang mahasiswa tidak dapat menyelesaikan kuliahnya tepat waktu.

        Meskipun lulus tepat waktu merupakan impian setiap mahasiswa, namun bukan berarti hal itu harus dicapai. Semua tergantung dari tujuan masing-masing individu. Mereka yang lulus tepat waktu bisa saja dimaksudkan agar dapat segera terjun ke dalam dunia kerja. Mereka yang belum bisa lulus tepat waktu bisa saja ingin memanfaatkan momen-momen di dunia perkuliahan, momen yang tidak datang dua kali, menikmati rasanya quarter life crisis. Semua boleh saja dilakukan. Tidak ada standar yang mengharuskan kita dalam bertindak.

        Stigma masyarakat beranggapan bahwa mereka yang tidak lulus tepat waktu memiliki masa depan yang suram dibanding mereka yang lulus dengan cepat. Mereka yang memiliki IPK tinggi dianggap sebagai pemilik masa depan yang cerah. Mereka dengan segudang prestasi yang membanggakan dianggap sebagai generasi penerus bangsa. Tapi, percayalah. Skenario terbaik telah diatur oleh Sang Pencipta. Jangan ragukan itu. Selama sesuatu itu baik, entah untuk dirimu atau orang di sekitarmu, lakukanlah. Ikuti kata hati. Jangan berfokus pada perkataan orang lain. Memang, merekalah yang menilai. Tapi yang jauh lebih penting, kita yang mengalaminya, kita yang memerankannya, kitalah pemeran utama dalam hidup kita masing-masing.

        Oleh karena itu, buanglah rasa malu dan takut akan penilaian orang-orang. Jalani sesuai kebutuhan, keadaan, dan keinginan. Kelak, kita semua akan sukses di waktu yang tepat. Sukses sesuai indikator kita sebagai pelakon utama, sebab kesuksesan di mata setiap orang tentunya akan berbeda. Maka dari itu, mari ciptakan kesuksesan kita sendiri. Sedih, bahagia. Semua akan tiba dan berakhir pada waktunya.





Penulis: Nurul Zhafira


Posting Komentar

0 Komentar