Pixabay/stevepb |
PENDIDIKAN dewasa ini mulai kehilangan arah, yang katanya pendidikan sebagai sarana mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi nyatanya Saat ini hanya sedikit yang memberikan ruang-ruang berpikir kritis tentang kehidupan realita. Pendidikan saat ini, hadir untuk memperlihatkan betapa bobroknya birokrat yang memegang kekuasaan dan menjalankan praktek-praktek kapitalis yang membuat mahasiswa yang kian hari semakin menjerit akibat kian mahalnya biaya pendidikan yang tak setimpal dengan pelayanan yang diberikan. Pendidikan seolah olah dijadikan sebagai lahan untuk meraup keuntungan bagi para tikus rakus yang gila akan kekuasaan dan materi.
Mahasiswa dituntut untuk membayar UKT
secara full dimasa pandemi walaupun sarana prasarana tak pernah dirasakan. Bahkan
perkuliahan online bukan malah mempermudah mahasiswa tetapi hanya menambah biaya
kuota. Karena hal ini, menyebabkan banyak mahasiswa yang lebih memilih cuti
karena biaya UKT yang semakin mencekik. Contoh nyatanya yaitu yang terjadi di
salah satu universitas Islam terbaik di Indonesia yaitu Universitas Islam
Negeri sunan Kalijaga, menurut data Lpmarena.com mencatat bahwa jumlah mahasiswa yang cuti
pada tahun 2021 sebanyak 1591 hal ini mengalami kenaikan dibanding tahun 2020
yang mencatat 936 mahasiswa yang cuti. Hal ini disebabkan karena beberapa
alasan terutama masalah finansial dan juga masalah kualitas pelayanan yang
sangat buruk. Selain di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Kampus Islam
lainnya juga merasakan hal serupa seperti Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar. Mahasiswa UIN Alauddin Makassar diharuskan membayar UKT secara full
bahkan jumlah UKT setiap semester mengalami kenaikan padahal mahasiswa
berkuliah secara daring dan tidak pernah merasakan sarana prasarana kampus
selama pandemi apalagi Maba, menginjakan kakinya dikampus yang katanya kampus
peradaban bisa dihitung jari bahkan tak pernah. Kuliah daring bahkan tidak
setimpal dengan biaya yang dikeluarkan, bahkan kualitas pembelajaran dapat dikatakan
lebih buruk dibanding kuliah lutung karena hambatan jaringan, fasilitas bahkan
kuota yang mahal mengakibatkan perkuliahan secara daring tak berjalan mulus
sesuai diharapakan. Lantas apa yang dilakukan birokrasi melihat fenomena yang
terjadi? Diam atau ikut prihatin melihat kondisi mahasiswa sekarang? Penyaluran
kuota saja tak merata, bahkan lebih mirisnya pembangunan kampus dimasa pandemi
makin gencar gencarnya, jalanan kampus makin mulus, bagunan-bagunan makin
tinggi, dan fasilitas diperbaiki, tapi sayangnya tak ada yang menikmati.
Birokrasi seharusnya mawas diri melihat kondisi saat ini, jangan hanya berusaha memperkaya diri atau memperkaya kualitas bangunan kampusnya tapi jangan lupa perkaya kualitas Sumber Daya Manusianya yaitu mahasiswa. Mahasiswa mempunyai beberapa peran salah satunya yaitu Iron Stock maksudnya yaitu mahasiswa sebagai generasi penerus yang akan melanjutkan Kepemimpinan dimasa akan datang sehingga jangan jadikan mereka sebagai korban memperkaya diri yang nantinya akan berdampak pada kualitas pribadi mahasiswa.
Oleh : Regina Selvi Indriani (Kader DES 11)
0 Komentar